Sabtu, 09 Juli 2011

Salmonella Mampu Basmi Sel Kanker

Ada harapan baru dalam terapi kanker. Sebuah temuan baru tim dari Italia dan Amerika Serikat menemukan bahwa bakteri salmonella bisa merangang sistem imun untuk membunuh sel-sel kanker. Temuan ini bisa dijadikan dasar penemuan obat baru untuk kanker, baik dalam ranah imunoterapi ataupun pembuatan vaksin.

Awalnya para peneliti menguji tikus-tikus, baru kemudian pada sel-sel kanker dan sel imun pasien kanker. Hasilnya ternyata salmonella menunjukkan aksi yang sama. Kini peneliti siap mengujikannya ke manusia, sembari menunggu autorisasi.

Bagaimana salmonella beraksi? Menurut peneliti, bakteri yang digunakan dalam penelitian sudah dibuat agar tidak menyebabkan sakit, dan dia bisa membantu sel-sel kanker agar mudah ditemukan oleh sistem imun untuk kemudian dibunuh.

Proses ini melibatkan apa yang disebut connexin 43, yaitu protein yang membuat saluran komunikasi antar berbagai jenis sel. Fragmen-fragmen dari protein tumor yang disebut peptida akan melarikan diri dari saluran ini dan masuk ke sistem imun dan bertindak seperti "red flag" yang memicu respon imun spesifik untuk melawan kanker. Pada kanker tahap amat dini, sel-sel imun yang berpatroli sering mengenali sel kanker sebagai sesuatu yang abnormal dan menghancurkannya. Namun saat sel kanker tumbuh besar, mereka justru tidak terlihat oleh sel imun karena berkurangnya connexin 43.

Dalam studi, sel kanker yang diteliti adalah melanoma. Sel-sel kanker malnoma pada tikus maupun manusia setelah disuntikkan dengan salmonella, ternyata mengalami peningkatan jumlah connnexin 43 pada sel-sel tumor. Dampaknya, saluran komunikasi kembali terbentuk dan sel-sel imun aktif kembali dan bergerak untuk membunuhnya. Teknik tersebut juga melindungi tikus dari penyebaran kanker yang mirip dengan gaya vaksin dalam strategi pencegahan.

Obat-obat imunoterapi relatif masih baru di dunia kedokteran. April lalu, FDA memberikan approval pada obat Provenge, yakni vaksin yang bisa menstimulasi sistem imun untuk menyerang kanker prostat. Ini adalah vaksin pertama untuk terapi tumor. Ada lagi obat ipilimumab yang dikembangkan Bristol-Myers Squibb, yang cukup menjanjikan melawan melanoma, dan data penelitiannya baru dirilis Juni tahun ini.

Peneliti sendiri memilih sel melanoma karena merupakan salah satu sel kanker paling mematikan. Meski begitu teknik suntikan salmonella ini bisa diterapkan pada berbagai jenis kanker.
 vera amelia

Cuka berguna sebagai obat diet !!

Jenis cuka tersebut ialah cuka apel, yakni sebuah jenis cuka yang telah lama diduga mampu menurunkan komposisi lemak dalam tubuh karena kandungannya merupakan hasil reaksi antara asam asetat dan pektin buah yang merupakan hasil fermentasi apel. Sekitar pada bulan Juni 2009, sebuah artikel penemuan baru dipublikasikan dalam medical news today. Penemuan baru tersebut merupakan sebuah penemuan baru mengenai fungsi cuka dapur yang sebenarnya mampu membantu manusia dalam melawan lemak. Publikasi mengenai fungsi baru asam cuka ini diawali oleh para peneliti Jepang yang memberi laporan bahwa cuka biasa-yakni cuka yang biasanya digunakan untuk membuat acar-sesungguhnya telah menjadi obat oleh orang-orang sejak zaman dahulu kala. Penemuan baru mengenai fungsi cuka ini pun pada akhirnya semakin menguatkan posisi cuka dapur sebagai obat yang ampuh dari masa ke masa. hasil studi penelitian tersebut dimuat dalam Journal of Agricultural and Food Chemistry pada edisi ke 8 pada bulan Juli 2009.

Seorang peneliti Jepang bernama Tomoo Kondo bersama dengan rekannya dalam penelitian baru mereka mengenai cuka mencatat bahwa cuka sesungguhnya telah dijadikan sebagai obat untuk berbagai penyakit. Penelitian ilmiah modern menunjukkan bahwa asam asetat-komponen penting dalam cuka-sebenarnya sangat membantu mengontrol tekanan darah, gula darah, serta penimbunan lemak. asam cuka lagi


Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti Jepang tersebut menggunakan tikus sebagai bahan penelitian mereka. Tikus-tikus yang menjadi subyek penelitian tersebut dibagi dengan perlakuan yang berbeda. Para peneliti tersebut memberikan cairan asam asetat-cairan penyusun cuka-melalui perut tikus sementara sisanya tidak diberikan cuka. Tikus-tikus tersebut diberikan jenis dan proporsi makanan yang sama. Selanjutnya, dalam penelitian tersebut ditetapkan bahwa tikus yang diberikan asam asetat cuka memiliki berat lemak tubuh 10% lebih sedikit dibandingkan dengan tikus yang tidak diberikan cuka. Meski demikian, peneliti masih belum berani menetapkan apakah cuka benar-benar efektif jika diujicobakan pada manusia sebagai subyek pengguna. Penelitian tersebut hanya menunjukkan adanya reaksi penurunan gula darah pada tikus yang diberi cuka jika dibandingkan dengan tikus lainnya yang tidak diberi cuka. Dalam penelitian, cuka memang terbukti memliki sifat untuk membakar lemak. Namun, ini bukan berarti cuka tidak memiliki bahaya tersendiri bagi tubuh manusia yang mengkonsumsinya.
 (nini)
sumber : http://www.kaskus.us/showthrea​d.php?p=141694933