Tampilkan postingan dengan label FARMASETIKA-MIKROBIOLOGI FARMASI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label FARMASETIKA-MIKROBIOLOGI FARMASI. Tampilkan semua postingan

Selasa, 02 November 2010

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh variasi konsentrasi
hidroksipropilmetilselulosa terhadap kecepatan disolusi tablet lepas lambat
teofilin yang diformulasi dengan sistem mengapung mengembang. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui laju pelepasan teofilin dari tablet. Pada
penelitian ini dibuat empat formula tablet yang mengandung teofilin 300 mg
sebagai bahan aktif dan hidroksipropilmetilselulosa dengan variasi
konsentrasi 240 mg/tablet (F1), 215 mg/tablet (F2), 198 mg/tablet (F3) dan
152 mg/tablet (F4), natrium bikarbonat dan asam sitrat sebagai penghasil
gas. Tablet yang dihasilkan dievaluasi meliputi keseragaman ukuran,
keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, sifat pengapungan dan
pengembangan dan disolusi. Uji disolusi dilakukan dengan pengaduk
keranjang dalam medium cairan lambung buatan tanpa enzim selama 4 jam
dan dapar fosfat pH 6,0 selama 8 jam masing-masing sebanyak 900 ml pada
suhu 37±0,5oC dan kecepatan 50 putaran per menit. Analisis statistika
menggunakan rancangan acak lengkap menunjukkan perbedaan nyata.
Formulasi tablet dengan konsentrasi hidroksipropilmetilselulosa sebanyak
240 mg (F1) dan 215 mg (F2) dapat memberikan pengaruh nyata terhadap
laju disolusi teofilin dari tablet.


ABSTRACT
A research of influence concentration hydroxypropylmetylcellulose to
dissolution rate of theophylline sustained release tablet that formulated with
floating system have been done. The research was aimed to know the
theophylline release from tablet. This research made four formulas which
contains 300 mg theophyllin as an active agent and
hydroxypropylmetylcellulose with variation concentration 240 mg/tablet (F1),
215 mg/tablet (F2), 198 mg/tablet (F3) dan 152 mg/tablet (F4) respectively,
sodium bicarbonate and citric acid as gas generating agent. Tablets were
evaluated such as size evaluation, weight evaluation, hardness test, friability
test, floating test, and dissolution test. In dissolution testing used rotating
basket apparatus in 900 ml simulated gastric fluid without enzym during 4
hours and pH 6,0 phosphate buffer during 8 hours respectively at 37±0,5oC
with a speed 50 rpm. Statistics analysis using completely randomized design
show significant effect . Formula that contain hydroxy propylmetylcellulose
240 mg (F1) and 215 (F2) can give significant effect to dissolution rate of
theophyllin from tablet.

download paper

pengaruh variasi konsentrasi kombinasi veegum dan natrium karboksimetilselulosa terhadap stabilitas fisik krim antioksidan tipe m/a ekstrak air Kappaphycus alvarezii

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh variasi konsentrasi kombinasi veegum dan natrium karboksimetilselulosa terhadap stabilitas fisik krim antioksidan tipe m/a ekstrak air Kappaphycus alvarezii. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formula krim antioksidan tipe m/a yang paling stabil secara fisik. Ekstrak air Kappaphycus alvarezii yang memiliki aktivitas antioksidan diformulasi menjadi sediaan krim dengan variasi konsentrasi kombinasi veegum (2%, 3%, 4% dan 5%) dan natrium karboksimetilselulosa (0,2% pada setiap formula) terhadap total bobot krim. Evaluasi kestabilan fisik meliputi uji organoleptis, kriming dan inversi fase tidak menunjukkan adanya perubahan. Analisis statistik dengan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) menunjukkan terdapat pengaruh yang nyata antara variasi konsentrasi kombinasi veegum dan natrium karboksimetilselulosa terhadap viskositas serta pengaruh yang tidak nyata terhadap ukuran tetesan terdispersi sediaan krim sebelum dan setelah stress condition selama 12 jam secara bergantian pada suhu 5°C dan 35°C sebanyak 10 siklus. Krim dengan kombinasi veegum 4% dan natrium karboksimetilselulosa 0,2% menunjukkan kestabilan fisik yang optimal.


ABSTRACT

A research about influence of combination veegum and carboxymethylcellulose sodium concerning physic stability o/w type antioxidant cream from water extract of Kappaphycus alvarezii had been conducted. The aim of this research was find the most stable formulation of o/w type antioxidant cream. Water extract of Kappaphycus alvarezii have the antioxidant activity and then formulatated be cream preparations with several concentration of veegum (2%, 3%, 4% and 5%) and carboxymethylcellulose sodium (0.2% for each formula) from total weight of cream. Physical stability evaluation of cream such organoleptic test, criming and invers phase showed no change after stress condition. Statistical analysis with Complete Randomized Design (CRD) showed there were significant effect from concentration variation of combination veegum and carboxymethylcellulose sodium to the viscosity and weren’t significant effect to the the size of dispersed droplets of cream preparation before and after stress condition for 12 hours alternately in 5°C and 35°C for 10 cycles. Cream preparation with combination of veegum 4% and carboxymethylcellulose sodium 0.2% could be classified as most physically stable cream.

Download paper

Jumat, 29 Oktober 2010

formulation of sunscreen cream and antioxidant cream.is made from Euchema spinosum seaweed extract as active agent.

Abstract
Seaweeds as a source of new compounds found in the sea have been known to have
biosynthesis products larger than other marine plants. Various studies of seaweed have
resulted new compounds with unique structure and have a pharmacological activity.
Therefore the research, excavation and utilization of seaweeds are needed. Activities are
conducted in ONDT are extracting, isolating and identifying the component type of sunscreen
active compounds of Euchema spinosum seaweed along with extracting and testing the
antioxidant activity of Euchema cottonii seaweed and also subsequently formulating cosmetic
preparations made from seaweed extracts. Component type of sunscreen active compounds of
Euchema spinosum seaweed were tested with the color reagent, and the results show that
Euchema spinosum seaweed contains components triterpenoids and tannins compounds that
have sunscreen activity, with test results indicated transmission of erythema 0.929 using UVVis
spectrophotometer at wavelengths from 290 to 372 nm. Test of antioxidant on Eucheuma
cottonii extracts were done using DPPH method of which result showed that the n-hexane,
chloroform and water extracts have antioxidant activity with IC50 values in a row for 543.38
μg / ml, 805.63 μg / ml and 457.29 μg / ml. Antioxidants are compounds that can inhibit
Reactive Oxygen Species (ROS) and free radicals. Given the antioxidant activity, underlies
the use of seaweed Euchema cottonii in cosmetic formulations. Further formulation of
sunscreen cream and antioxidant cream.is made from Euchema spinosum seaweed extract as
active agent.
downLoad fiLe

Pemuth Gigi dari Tanaman Gelagah

Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional merupakan warisan nenek moyang dan dengan landasan empirik telah digunakan dalam kurun waktu yang lama. Pengolahannya dilakukan secara sederhana dan tradisional, sehingga obat tradisional lebih mudah diterima masyarakat karena merupakan bagian
kebudayaan bangsa.
Saat ini memutihkan gigi sudah menjadi kebutuhan masyarakat. Pemutihan gigi merupakan salah satu upaya yang sudah lama dikenal dalam ilmu kedokteran gigi. Sayangnya bahan yang digunakan untuk memutihkan gigi hingga saat ini masih banyak yang bersifat toksik terhadap jaringan rongga mulut. Padahal dengan eksplorasi bahan alam tradisional yang banyak terdapat di Indonesia, didapatkanlah satu tanaman yang aman dimanfaatkan sebagai pemutih gigi.
Dimasyarakat salama ini rumput-rumputan termasuk tanaman yang tidak menguntungkan dan tidak memiliki nilai ekonomis bagi manusia. Namun belum lama ini ditemukan tanaman jenis rerumputan yang dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan berupa rumput Glagah (Sacharum Spontanium L.). Jenis rumputan ini mengandung senyawa bioaktif saponin yakni busa yang dapat mengikat zaat warna. Dengan daya kerjanya yang dapat mengikat zat warna maka dapat digunakan untuk memutihkan gigi.
Selama ini pemutih gigi yang sering digunakan berasal dari bahan kimia  yang pada dasarnya baik untuk memutihkan gigi. Namun bahan kimia terebut memiliki efek samping yang dapat menyebabkan gigi menjadi rapuh dan sensitive. Berbeda halnya dengan Glagah (Sacharum Spontanium L.) yang zat aktifnya bekerja dengan mengikat zat warna secara alami dengan cara adanya busa yang ditimbulkan oleh saponin. Pemanfaatan Glagah (Sacharum Spontanium L.) dapat lebih praktis bila dibuat dalam bentuk sediaan tertentu seperti sediaan bentuk mouthwash. Selama 3 ini sediaan mouthwash digunakan sebagai penyegar, pembersih flak, dan penghilang bau mulut. Hal inilah yang mendasari pengembangan terhadap sediaan mouthwash untuk menambah nilai surplus mouthwash itu sendiri sebagai zat pemutih gigi.

Lebih lengkap: download